Menjadi seorang penulis handal itu
memang gampang-gampang susah. Kenapa? Terkadang seketika kita menemukan ide,
seketika itu juga kita dapat menggerakkan tangan kita untuk menulis sepanjang-panjangnya.
Namun, terkadang seketika kita membutuhkan ide segar, sampai berhari-hari dan
sembari bermenung-menung ide itu tak kunjung juga datang. Akhirnya, tangan
menjadi kaku untuk menulis dan pikiran menjadi buntu. Memang, untuk menjadi
penulis yang handal diperlukan latihan yang tidak ada henti-hentinya. Penulis
harus rajin membaca, membaca apa saja dan menganalisis hasil bacaannya sehingga
dapat dihasilkan tulisan yang maha karya.
Begitu juga seperti yang dialami
oleh seorang ibuk penulis yang luar biasa. Saat ini beliau telah berhasil
menghasilkan tulisan dan karya yang dikenal dan bermanfaat bagi siapa yang
membacanya. Siapa yang tidak mengenal sosok Ibu Sri Sugiastuti. Karya-karyanya
pun sangat familiar di mata masyarakat dan pecinta literasi.
Keberhasilan Buk Astuti tentu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Diketahui, Bu Astuti memulai menulis di
usia beliau sudah menginjak 50 tahun. Namun, yang menjadi pelajaran bagi kita
adalah bagaimana semangat dan konsistensi beliau dalam menghasilkan karya. Sampai
pada akhirnya, banyak karya buku yang telah dapat beliau hasilkan. Bahkan
beliau telah sampai menikmati royalty dari karya yang telah dihasilkan.
Buku-buku yang beliau buat selalu habis terjual baik dari penerbit mayor maupun
indie. Alhasil, keberhasilan beliau tidak hanya sekedar menghasilkan karya yang
bermanfaat, tetapi juga dapat menikmati hasil “keringat” dari karya beliau
sendiri.
Pelajaran terbesar bagi kita adalah
bagaimana kita dapat menjadi seperti Buk Astuti. Bahkan, lebih. Tidak ada hal
yang mustahil jika kita mau memulai dan terus melakukannya. Jadikan apa yang
telah diperoleh oleh Buk Astuti ini sebagai alasan kita untuk juga dapat
menjadi seperti beliau. Kejar target, focus, dan konsisten itulah kunci utama
untuk menjadi penulis handal.
Karya yang telah kita hasilkan akan
bermanfaat jika dapat dibaca bahkan diterapkan oleh semua khalayak. Oleh karena
itu, dalam menghidupkan karya kit atidak dapat seorang diri. Kita membutuhkan
jasa penerbit yang tertarik menerbitkan tulisan kita. Mungkin kita telah menulis selama bertahun-tahun, tapi naskah
kita selalu ditolak penerbit. Ingat, jangan buru-buru membuang naskah itu,
karena penulis sukses pun awalnya mengalami penolakan. J.K Rowling pun awalnya
naskahnya ditolak 12 kali, begitu pun penulis lainnya. Jika naskah ditolak, kita
dihadapak pada 2 pilihan: “lanjut berjuang, atau berhenti di tempat”.
Jika terus berjuang, akan ada 2 pilihan lagi: mau terus mengirimkan ke penerbit
mayor, atau diterbitkan secara self publishing. Kitalah yang menentukan
nasib karya kita. Teruslah berkarya dan berkolaborasi dengan sesame.
Yuk kita buktikan bagaomana proseenya
BalasHapus